Kamis, 29 April 2010

Penghulu wanita seluruh dunia...FATIMAH AZ ZAHRA


from friend in facebook

Perempuan mandiri, teguh dan cerdas. Puteri yang disayang, berkepribadian dan taat. Sosok wanita pelipur dan pemberi ketentraman pada jiwa orang orang yang di sekitarnya. Permata bagi ayahnya, mutiara bagi suaminya dan penenang bagi anak anak kembarnya. Ia adalah penghulu wanita di seluruh dunia. namanya terukir indah pada buku buku sejarah dan ditempatkan bak mawar di perjalanan kehidupan ayahnya yang merupakan pribadi yang perlu diikuti. Dialah Fatimah binti Rasulullah.

Fathimah Az-Zahra` a.s. adalah putri keempat pasangan Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra. Julukannya antara lain az-zahra`, ash-shiddiiqah, ath-thaahirah, al-mubaarakah, az-zakiah, ar-radhiah, al-mardhiah, al-muhaddatsah dan al-batuul. Mayoritas sejarawan Syi’ah dan Ahlussunnah menetapkan bahwa ia lahir di Makkah pada tanggal 20 Jumadits Tsani 5 H.. Akan tetapi, sebagian yang lain menyatakan bahwa hal itu jatuh pada tahun 3 H, dan kelompok ketiga menetapkannya pada tahun 2 H. Salah seorang sejarawan dan ahli hadis dari kalangan Ahlussunnah menyatakan bahwa kelahirannya jatuh pada tahun 1 H.

Fathimah a.s. dididik di rumah ayahnya, sebuah rumah kenabian dan tempat turunnya wahyu. Rumah tempat kelahiran kelompok pertama yang beriman kepada keesaan Allah dan dengan tegar memegang iman mereka. Rumah itu adalah satu-satunya rumah dari sekian banyak rumah di jazirah Arab yang dari dalamnya berkumandang suara ‘Allahu Akbar’, dan Fathimah a.s. adalah satu-satunya anak wanita yang mengalami kehangatan semacam itu. Ia berada di rumah itu sendirian dan masa kecilnya ia lalui dengan segala kesendirian. Dua saudarinya, Ruqaiyah dan Ummi Kultsum lebih besar beberapa tahun dari dirinya. Mungkin salah satu rahasia kesendiriannya adalah supaya ia dapat memfokuskan diri terhadap penggemblengan raga dan jiwa...

Setelah menikah dengan Amirul Mukminin Ali a.s., ia dikenal sebagai seorang wanita figur di sepanjang sejarah. Dalam kehidupan berumah tangga ia adalah seorang wanita figur, dan dalam beribadah kepada Allah ia juga dikenal sebagai wanita teladan. Setelah selasai dari semua kewajiban sebagai ibu rumah tangga, ia dengan penuh khusyu’ dan rendah hati beribadah kepada Allah serta berdoa untuk kepentingan orang lain

Sosok Fatimah az Zahra yang mandiri, melayani sendiri apa yang menjadi kebutuhan hidup, dan memikul beban beban rumah tangga sendiri, tanpa didampingi seorang pembantu sebagai layaknya puteri seorang raja. Suaminya sang khalifah Ali bin Abi Thalib pun pernah merasa tak tega dengan kepayahan dan keletihan yang terkadang terpancar dari wajah istrinya. sehingga akhirnya beliau meminta istrinya untuk meminta pembantu untuk membantu pekerjaannya kepada sang ayah.

Ketika Ali bin Abi Thalib mengetahui Rasulullah memperoleh banyak pelayan (budak) berkatalah ia kepada Fatimah "istriku, sebaiknya engkau datang kepada ayahmu dan meminta seorang pembantu." Kemudian Fatimah datang kepada Rasulullah lantas beliau bertanya "wahai anakku, ada keperluan apa engkau datang?" jawab Fatimah "Aku hanya ingin member salam kepadamu" Fatimah merasa malu untuk menyampaikan permintaan pada ayahnya lalu ia pun pulang

Ali bin Abi Thalib berkata : "Aku telah menikahi Fatimah binti Rasulullah. Aku dan dia tidak mempunyai alas tidur selain kulit kambing yang kami tempati tidur pada malam hari, dan kami letakkan di atas unta pengangkut air pada siang hari. Dan kami juga tidak mempunyai pembantu. Ketika rasulullah menikahkan Fatimah denganku, beliau melepaskan aku bersamanya dengan dibekali selembar beludru, bantal kulit yang berisi sabut, dua buah penggiling gandum, dan dua tempayan air. Fatimahlah yang menarik penggiling gandum, hingga membekas di tangannya. Ia yang mengambil air dengan qirbah (tempat air terbuat dari kulit biri-biri), hingga qirbah itu membekas di pundaknya. Ia yang menyapu rumah, hingga badannya terkena debu. Dan ia pua yang memasak di dapur hingga pakaiannya terkotori asap api." (ibnul jauzi dalam ahkamun nisa'). Demikianlah kehidupan Fatimah Az Zahra, ibu dua orang cucu Rasulullah Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Keesokan harinya Ali dan Fatimah kembali menghadap Rasulullah, lalu beliau menyambutnya, seraya bertanya "Wahai anakku, apakah keperluanmu?" Fatimah diam,tidak menjawab. Lalu Ali bin Abi Thalib menjawab "Ya Rasulullah, aku ingin berbicara denganmu. Fatimah telah menarik penggiling gandum hingga berbekas di tangannya, dan memikul qirbah hingga berbekas dipundaknya. Ketika aku mengetahui engkau memperoleh beberapa pelayan, aku menyuruh Fatimah datang kepadamu untuk meminta seorang pembantu, agar ia tidak lagi bekerja berpanas panas," lalu Rasulullah menjawab, "Demi Allah aku tidak mau member Ahlus shuffah, melipat perutnya. Aku tidak punya sesuatu yang aku berikan kepada mereka. Karenanya, budak budak itu aku jual, lalu uangnya aku berikan kepada mereka"
Mendengar jawaban Rasulullah, Ali pun bisa memaklumi kemudaia pulang bersama istrinya.

Lalu Rasulullah datang kepada mereka, sedang mereka sudah tidur berselimut. Selimut yang dipakai sangat memprihatinkan. Bila mereka menutup kepala, maka kakinya kelihatan. Dan bila mereka menutup kaki, kepalanya kelihatan. Melihat Rasullullah datang, kemudian mereka bangun. Lantas Rasulullah bersabda , "anakku, tidak usah bangun. Tetap saja di tempat kalian, maukah kalian menerima sekiranya aku memberitahukan kepadamu tentang sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian minta(pelayan)?" jawab mereka "Ya, kamu bersedia menerimanya." Lalu Rasulullah bersabda, "ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril padaku" : Hendakah kalian bertasbih setiap selesai shalat sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, dan bertakbir sepuluh kali, dan bila kalian hendak tidur, maka bertasbihlah tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali dan bertakbir tiga puluh tiga kali."
Fatimah binti Rasulullah juga telah memberikan contoh teladan pada kita dalam hal mendidik anak. Ia pernah menimang Husain bin Ali, seraya berkata "Anakku serupa dengan Rasulullah, tidak serupa dengan Ali bin Abi Thalib." Maksudnya Fatimah mendorong dan memotivasi anakknya agar lebih meneladani Rasulullah daripada meneladani ayahnya sendiri. Sebab, Rasulullah adalah figur teladan sepanjang zaman.

Aisyah berkata: Fatimah (sa) datang kepada Nabi saw dengan berjalan
seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw mengucapkan: “Selamat
datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan duduk di
sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu
Fatimah menangis. Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya: “Mengapa kamu
menangis?” Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya. Lalu ia tertawa
dan berkata: Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat
dengan kesedihan seperti hari ini. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada
Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw. Fatimah menjawab:
Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw sehingga beliau
wafat. Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi saw
berbisik kepadaku): “Jibril berbisik kepadaku (Rasulullah saw), Al-
Qur’an akan menampakkan padaku setiap setahun sekali, dan ia akan
menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali
datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku
yang menyusulku.” Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw
bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua perempuan ahli
surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman?” Kemudian
Fatimah tertawa.
(Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian
dalam Islam;
Musnad Ahmad 6: 282, hadis ke 25874)

Tidaklah mengherankan bila Fatimah meninggalkan kesan indah lagi mendalam di hati orang orang yang berada di sekelilingnya.


source :
- Wanita-wanita pendamping Rasulullah, Mitra pustaka, Aba Firdaus Al-Halwani, 1996
- http://newsgroups.derkeiler.com/Archive/Soc/soc.culture.indonesia/2008-12/msg00063.html
- http://cintarasulullah.wordpress.com/2007/06/14/biografi-singkat-fathimah-az-zahra-as/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar